Satu Minggu Bersama Manusia Hebat
- Meliza Gilbert
- Nov 19, 2018
- 2 min read
Updated: Nov 30, 2018

Selama kurang lebih satu minggu di bulan Oktober , saya berkesempatan mengenal lebih jauh permainan bola basket beserta manusia hebat dibelakangnya. Semua dimulai ketika pertandingan dimulai, seluruh Atlet bernyanyi lagu kebangsaan masing masing. Di situ saya melihat ada harapan ditunjukkan karena mereka mewakili negara.
Dengan tinggi ring yang sama , luas lapangan yang sama , aturan yang kurang lebih sama kedua tim berusaha untuk menjadi juara. Di sisi lain saya melihat mereka para manusia hebat ini , jika bukan di pertandingan ini mungkin mereka tidak akan mendapatkan semangat dukungan dari masyarakat dinegaranya. Ini momen mereka!

Peluit berbunyi tanda permainan dimulai. Lima atlet dari masing-masing tim mulai berebut bola dan berusaha untuk dapat memasukkan bola ke ring basket. Tak mudah karena mereka harus menggunakan kursi roda sambil fokus mempertahankan bola atau memberikan bola ke timnya.
Tak jarang mereka jatuh dan kemudian bangkit. Tetapi ada juga yang jatuh dan kesulitan untuk bangkit sendiri. Tak lama tepuk tangan penonton terdengar keras di Hall Basket Senayan Jakarta saat tim lawan dengan sabar membantu tim lain yang tengah terjatuh untuk bangkit.
Gerakan dinamis yang diciptakan oleh atlet terkadang membuat saya tak percaya, bahwa mereka tengah memainkan permainan yang biasa dimainkan manusia normal. Tabrakan antar kursi roda bukan hal yang jarang terjadi dikompetisi ini. Mungkin bagi orang yang baru pertama kali menonton basket kursi roda seperti saya , akan melihat ini sebagai hal yang memilukan.
Kuarter satu , dua , tiga dan empat. Satu pertandingan selesai dan dilanjutkan dengan pertandingan lainnya. Sampai dihari keempat negara kita Indonesia turun untuk pertama kalinya melawan China.
Rupanya tim kursi roda Indonesia baru terbentuk awal tahun 2018 dan ini pertandingan pertama mereka dengan taraf internasional. Ada nama lama seperti Donald Santoso yang ikut turun dipertandingan ini dan ialah orang yang membuat adanya tim basket kursi roda di Indonesia. Setelah itu saya melihat nama lain seperti Kasep ayatulloh yang bisa dibilang cukup lihai memainkan bola bundar, dan juga Danu Kuswantoro yang memiliki latar belakang pemain bulu tangkis kursi roda dengan apiknya menerima bola hingga memasukkan bola ke ring, ternyata tak ada yang tidak mungkin.
Saat Indonesia bermain melawan China Hall basket penuh bahkan tiket untuk menonton sampai sold out. Bayangkan betapa ramainya teriakan dukungan saat tim Indonesia berhasil menguasai bola walau dalam waktu beberapa menit saja , saat bola hampir masuk di tangan tim Indonesia sampai saat bola bundar ini masuk ke ring atas tangan para atlet Indonesia.
Walau akhirnya kalah tapi tim Indonesia sudah membawa harapan bahwa mereka manusia hebat ini memang memiliki kelebihan yang tak bisa disamakan dengan manusia biasa. Indonesia harus bisa menghargai mereka dengan memberikan fasilitas yang sama dengan yang kita dapatkan.
Satu minggu ini saya banyak bersyukur , saya banyak menyesal akan tingkah dan kelakuan yang saya pernah buat. Kekurangan yang saya miliki rupanya berbanding jauh dengan manusia hebat ini. Saya bersyukur untuk satu minggu yang penuh makna , memanggil nama mereka menuju ke lapangan jadi kebanggan tersendiri.
Walau saya terkadang menangis saat pertandingan tapi boleh di tanya pada tim yang bertugas atau para penonton yang hadir apakah mereka tidak menitikkan air mata saat pertandingan ?
Terima kasih untuk kesempatan emas yang sudah diberikan pada saya, saya simpan cerita dan memori ini untuk kemudian saya bagikan ke teman-teman yang belum berkesempatan hadir di Asian Paragames 2018. Sayonara !
Comments